Home News 3 Penyebab Hujan Es di Indonesia, Mulai dari Awan Cumulonimbus hingga Peralihan Musim

3 Penyebab Hujan Es di Indonesia, Mulai dari Awan Cumulonimbus hingga Peralihan Musim

by Imam Abu
0 comment

Fenomena hujan es di Indonesia yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir kembali menarik perhatian masyarakat di sejumlah daerah. Salah satu peristwa hujan es yang terjadi saat musim pancaroba ini terekam di wilayah Gunung Buthak di Jawa Timur, pada Sabtu, 2 November 2024.

Para pendaki yang sedang menelusuri jalur Gunung Buthak mendokumentasikan fenomena langka ini, mengabadikan momen butiran es yang turun bersama hujan lebat.

Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @hilal.antoni, tampak para pendaki berlindung di bawah pohon dan mengenakan jas hujan untuk melindungi diri dari guyuran es.

Ribuan butir es tersebar di tanah, menciptakan suasana heboh di antara pendaki yang tak menduga akan melihat fenomena tersebut.

Selain di Gunung Buthak, fenomena serupa juga terjadi di kawasan Gunung Kelud, Kabupaten Kediri, pada Kamis, 31 Oktober 2024. Hujan es yang berlangsung sekitar pukul 16.40 WIB ini disertai dengan hujan deras dan angin kencang. BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri mencatat intensitas hujan tinggi di area puncak Gunung Kelud dan sekitarnya.

Tak hanya di Jawa Timur, hujan es juga terpantau di Kabupaten Lampung Barat pada akhir Oktober, serta di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, pada Rabu, 30 Oktober 2024. Munculnya hujan es di berbagai lokasi ini menimbulkan pertanyaan tentang penyebab dan proses terjadinya fenomena tersebut.

Penyebab Hujan Es di Indonesia

BMKG mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya hujan es di Indonesia, terutama saat pergantian musim. Berikut penjelasannya:

Awan Cumulonimbus

Menurut BMKG, hujan es terjadi karena kehadiran awan cumulonimbus. Awan ini memiliki ketinggian hingga mencapai lapisan pembekuan (freezing level), di mana suhu berada pada titik nol derajat Celsius, yang kemudian membentuk butiran es.

“Hujan es di Talang Babungo terjadi akibat adanya awan Cumulonimbus, yang biasa muncul saat peralihan musim atau pancaroba,” jelas Jeni Andrian, Analis Muda Meteorologi dan Geofisika, dikutip dari infosumbar.net pada Jumat, 1 November 2024.

Penyebab fenomena hujan es di indonesia

Penyebab fenomena hujan es di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir (Foto: Dok.)

Peralihan Musim

Hujan es kerap muncul saat musim pancaroba atau transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Fenomena ini dapat terjadi baik di dataran tinggi maupun rendah.

Contohnya, Talang Babungo yang berada di dataran tinggi dan bahkan kota besar seperti Jakarta berpotensi mengalami hujan es saat kondisi atmosfer mendukung.

Reflektivitas Tinggi dari Tutupan Awan

BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri mencatat, hujan es yang turun di kawasan Gunung Kelud disebabkan tingginya nilai reflektivitas pada citra radar, mencapai 60-65 desibel Z (dBz). Semakin tinggi nilai dBz, semakin besar potensi hujan deras disertai es.

Dikutip dari Kompas, Kepala BMKG Dhoho Kediri, Lukman Sholeh, menjelaskan bahwa nilai reflektivitas yang tinggi mengindikasikan adanya tutupan awan konvektif atau awan hujan yang masif.

Visualisasi citra radar menunjukkan bahwa awan cumulonimbus di wilayah tersebut memiliki ketinggian mencapai 16 kilometer dengan kandungan es pada inti awannya.

Proses Terjadinya Hujan Es

Hujan es umumnya diawali dengan kondisi udara yang cukup panas atau terik, yang sering terjadi saat musim pancaroba atau masa transisi. Ketika udara mengalami pemanasan intensif, perubahan cuaca mendadak akan terjadi, disertai angin yang membawa massa udara dingin.

Selanjutnya, awan konvektif jenis cumulonimbus mulai terbentuk, membawa butiran es di dalamnya. Awan ini terbentuk dari pergerakan udara hangat dan lembap yang naik ke atmosfer, lalu mendingin dan mengembun menjadi tetesan air.

Proses ini, yang disebut konveksi, memungkinkan udara panas naik dan bertukar tempat dengan udara yang lebih dingin.

Berdasarkan penelitian Steffen dan Miller (2002), konveksi ini bisa menghasilkan awan yang sangat tinggi dan kuat, hingga mencapai ketinggian 10.000 meter.

Setelah terbentuk, tetesan air dalam awan akan terdorong menuju lapisan atas awan, di mana suhu sangat rendah.

Di sini, tetesan air membeku dan membentuk butiran es. Penelitian oleh Anendha Destantyo Nugroho dan Ahmad Fadlan dalam jurnal JIIF Unpad menjelaskan bahwa suhu puncak awan yang sangat dingin mencerminkan adanya partikel es yang terbentuk dalam awan konvektif ini, yang bahkan bisa mencapai -80 derajat Celsius. Pada ketinggian ini, awan cumulonimbus melewati lapisan suhu beku atau freezing level.

Butiran es yang terbentuk akan semakin besar ketika bertemu dengan tetesan air lain yang juga membeku di bagian lebih hangat dari awan tersebut.

Saat butiran es mencapai ukuran tertentu dan terlalu berat untuk ditahan oleh arus udara dalam awan, ia akan jatuh ke bumi.

Apabila suhu udara di bawah awan masih dingin, butiran es ini akan tetap dalam bentuk es hingga sampai ke permukaan. Namun, jika suhu di bawah lebih hangat, es akan mencair dan berubah menjadi hujan biasa.

Dari ulasan diatas, diketahui bahwa penyebab hujan es di Indonesia adalah suhu serta kelembapan di atmosfer sangat berperan dalam menentukan bentuk dan ukuran presipitasi yang terjadi.

You may also like

Haimalang.com adalah sebuah platform media online dengan konten lokal Malang. Haimalang berisi artikel Wisata, Pendidikan, Teknologi dan Berita Terkini Terkait Malang Raya.

2024 Haimalang.com– All Right Reserved.