Catatan Dr. Imam Muhajirin Elfahmi SH, S.Pd, MM | Edisi Minggu, 3 November 2024
HaiMalang.com – Dunia saat ini boleh saya bilang sudah berada di jurang era baru. Mengapa demikian? Karena tekonologi yang berkembang dengan adanya kecerdasan buatan (artificial intelegence) bukan sekadar alat, tapi sudah masuk dalam berbagai sistem.
Karena hadirnya artificial intelegence (AI) ini membuat semua sektor harus berdaptasi. Mayoritas perusahaan mulai “dipaksa” mengikuti arah perkembangan AI. Mereka memanfaatkan teknologi baru itu untuk mempercepat proses produksi dan efisien anggaran.
Bahkan tidak sedikit, pekerjaan yang selama ini dikerjakan karyawan, sudah bisa diselesaikan oleh AI. Efeknya, mengakibatkan disrubsi signifikan pada bursa kerja.
Bahkan studi dari Goldman Sachs, gara-gara AI, akan ada 300 juta pertambahan angka pengangguran di dunia pada 2030. Tentu ini angka yang cukup menyedihkan.
Sekelas perusahan teknologi raksasa seperti Google, IBM, BT Group ketika mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) alasannya karena adanya teknologi AI.
Banyak peran manusia yang sudah bisa digantikan oleh otomatisasi AI. Peran itu antara lain programmer, software engineer, data analyst, dan koder.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Pemerintah di era Prabowo Subianto sudah menjadikan AI sebagai salah satu dari delapan tantangan bangsa ini.
Sedang tantangan lain yakni perubahan iklim, konflik geopolitika bersenjata, perlambatan ekonomi global, batas bonus demografi yang terbatas, populasi penduduk bertambah dan ancaman pandemi baru.
Dari delapan tantangan itu, kecerdasan buatan diantisipasi dengan mengubah orientasi pendidikan ke depan. Di antaranya membenahi regulasi hingga memperkuat budaya akademis, terutama penekanan terhadap sikap adaptif dengan ekosistem digital khususnya dalam pemanfaatan mesin kecerdasan buatan.
Teknologi tidak untuk dilawan, tapi perlu dikuasai agar tidak justru menjadi “senjata” makan tuan. Manusia yang tetap sebagai pengendali teknologi, bukan sebaliknya.
Inilah mengapa pemerintah membentuk Kementerian Ristek yang arahnya agar rakyat Indonesia berdapatasi dengan teknologi yang terus berkembang.
So, AI ini satu sisi menjadi sebuah ancaman, di sisi lain menjadi peluang bagi bangsa ini untuk bisa menuju Indonesia Emas 2045 sebagai negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lima besar dunia. Ayo Gemilangkan Indonesia (CF)
Penulis: Dr. Imam Muhajirin Elfahmi SH, S.Pd, MM
Jaringan Indonesia Berdaya
Penerima Anugerah Insan Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila 2024