HaiMalang.com – Transformasi digital menghadirkan peluang besar bagi dunia kerja dan kewirausahaan, namun partisipasi perempuan dalam bidang ini masih minim.
Meskipun perempuan memimpin 64,5 persen dari total Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Dengan kontribusi hingga 60,5 persen terhadap ekonomi nasional, peran perempuan dalam profesi digital atau sebagai pengusaha berbasis teknologi masih jauh dari ideal.
Melihat tantangan ini, BINUS Malang menggelar diskusi bertajuk “Policy Roundtable on Advancing Women’s Employability Through Entrepreneurship”, pada Kamis (05/12/24) kemarin.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk Khayla Karamina S dari Instellar Indonesia, CEO Ngalup.co Andina Paramitha, dan perwakilan UN Women Indonesia, Iriantoni Almuna.
Dalam diskusi itu, CEO Ngalup.co, Andina Paramitha, memberikan pandangan optimis perempuan punya peluang besar untuk berkembang di era digital.
Menurut Andina, transformasi digital justru membuka peluang besar bagi perempuan yang mau beradaptasi dan mengembangkan keterampilan.
“Di perusahaan kami, 60 persen tenaga kerja adalah perempuan. Kunci keberhasilan mereka adalah kemampuan beradaptasi serta menguatkan dua pilar utama, hospitality dan integrity,” ujar Andina.
Andina menegaskan bahwa hospitality membantu perempuan menjalin hubungan baik dalam bisnis, sedangkan integrity adalah modal utama dalam menjaga kepercayaan. Dengan memadukan kedua aspek tersebut, perempuan dapat menghadapi tantangan sekaligus menciptakan nilai berkelanjutan.
“Perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Dengan membangun hubungan yang hangat dan menjaga integritas, mereka mampu membawa dampak nyata di dunia kerja maupun kewirausahaan,” pungkasnya.
Diskusi tersebut juga menyoroti hambatan dan tantangan yang dihadapi perempuan, mulai dari norma sosial hingga kesenjangan keterampilan digital.
Associate Professor BINUS, Muhammad Ariono Margiono, menyatakan bahwa kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih inklusif bagi perempuan.
“Perempuan menghadapi hambatan kompleks, dari norma kultural hingga ketidaksetaraan akses ekonomi. Untuk itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor agar tercipta lingkungan digital yang mendukung,” jelas Ariono.
Ia menambahkan bahwa transformasi digital saat ini lebih banyak didominasi laki-laki, sehingga perempuan membutuhkan dukungan untuk bersaing dan berkontribusi.
Reporter: Yanto
Editor: Imam Abu Hanifah