Home Pendidikan Segini Gaji Perawat di Jepang, Peluang Terbuka Lewat Kuliah di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM

Segini Gaji Perawat di Jepang, Peluang Terbuka Lewat Kuliah di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM

by Redaksi Hai Malang
0 comment

Haimalang – Jepang menjadi salah satu negara favorit bagi tenaga kerja Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Negara ini menarik perhatian karena berbagai faktor, mulai dari kondisi negara yang stabil, budaya yang kaya, hingga tawaran gaji yang menggiurkan. Dalam artikel ini akan mengulas gaji perawat di Jepang.

Peluang bekerja di Jepang terbuka luas, baik bagi lulusan SMA maupun Diploma 3. Salah satu peluang karir yang menjanjikan adalah sebagai perawat, yang bisa dicapai dengan menempuh pendidikan di Program Studi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Bagi yang berminat bekerja di Negeri Sakura, persiapan sejak dini sangatlah penting. Selain itu, perlu juga memahami persyaratan dan jalur yang tersedia, yang akan menentukan jenis pekerjaan yang bisa diambil. Salah satu jalur yang bisa dipertimbangkan adalah menjadi pekerja dengan keterampilan spesifik, seperti perawat.

Gaji Perawat Di Jepang, Bisa Dapat 20 Juta Per Bulan

Gaji di Jepang sangat dipengaruhi oleh sektor pekerjaan. Sebagai contoh, perawat medis dan kesehatan di Jepang rata-rata mendapatkan gaji sekitar 200 ribu yen per bulan, yang setara dengan 10 hingga 20 juta rupiah.

Tingginya gaji ini tidak terlepas dari tingginya permintaan akan tenaga perawat di Jepang. Pada tahun 2023, pemerintah Jepang menargetkan kuota sebanyak 50 ribu tenaga perawat dari Indonesia.

Angka ini mencerminkan situasi demografis Jepang, di mana pada tahun 2022, populasi lansia berusia 65 tahun ke atas mencapai 29,0%, sementara populasi anak-anak berusia 0-14 tahun hanya 11,6%. Bahkan populasi lansia diperkirakan meningkat hingga 38,7% pada 2070.

Kerja di Jepang Sebagai Specified Skill Worker, Salah Satunya Jadi Perawat

Di antara berbagai jenis visa yang memungkinkan seseorang untuk bekerja di Jepang, visa Tokutei Ginou (Specified Skill Worker) menjadi salah satu yang paling diminati. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa visa ini mencakup 14 bidang pekerjaan yang berbeda, memberikan banyak peluang bagi pelamar.

Untuk memperoleh visa Tokutei Ginou, pelamar harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya adalah lulus ujian bahasa Jepang dengan tingkat JLPT N4 atau JFT Basic A2, serta tes keterampilan khusus yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang diinginkan. Salah satu bidang yang termasuk dalam visa ini adalah profesi perawat.

Bagi siswa lulusan SMA yang bercita-cita menjadi perawat di Jepang, mereka dapat membuka peluang dengan melanjutkan pendidikan di Program Studi (Prodi) D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang. Program ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk meraih karier di bidang keperawatan di Jepang.

Awali Karir di Jepang dengan Kuliah di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM

Indah D. Pratiwi, SKep Ns MNg, selaku Kaprodi D-3 Keperawatan UMM, mengungkapkan bahwa Program Studi D3 Keperawatan telah menjalin kerja sama dengan OSTC Selnajaya (Out Sourcing Training Centre Selnajaya) dalam perekrutan tenaga kerja dengan keterampilan khusus (Specified Skill Worker) ke Jepang.

Untuk mempersiapkan mahasiswanya agar siap bersaing, prodi ini telah memasukkan pelajaran bahasa Jepang sebagai muatan lokal sejak semester pertama.

Mahasiswa D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM saat melakukan praktik. Foto Prodi D-3 Keperawatan.

Dengan menyelesaikan studi selama enam semester di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM, mahasiswa yang berminat bekerja di Jepang akan melanjutkan pelatihan di pusat pelatihan yang terletak di belakang Rumah Sakit UMM.

“Biasanya, pelatihan bahasa Jepang dari nol memakan waktu 9 hingga 12 bulan. Namun, karena mahasiswa kami sudah belajar bahasa Jepang sejak awal, pelatihan hanya memerlukan waktu 4 hingga 6 bulan,” ujar Indah.

Selain pelatihan bahasa, mahasiswa Prodi D-3 Keperawatan juga mendapatkan pengalaman praktik yang cukup intensif. Dengan komposisi 60% praktik dan 40% teori, mahasiswa diharapkan lebih siap menghadapi dunia kerja.

“Mahasiswa mulai praktik di laboratorium rumah sakit sejak semester 3 selama 6 minggu. Di semester 5 dan 6, mereka mengikuti praktik profesi klinik di rumah sakit dan puskesmas mitra selama 8 bulan,” tambah Indah.

Dalam kesempatan terpisah, Dekan Fakultas Vokasi UMM, Prof. Tulus Winarsunu, menyampaikan bahwa kerja sama dengan OSTC Selnajaya telah memberangkatkan sekitar 500 tenaga kerja dengan keterampilan khusus, termasuk perawat, ke Jepang.

“Sejauh ini, sekitar 500 orang sudah berangkat, dengan 100 orang lagi yang tinggal menunggu jadwal keberangkatan. Mereka tersebar di 27 prefektur. Setiap tahun, sekitar 100 orang lebih berangkat,” ujarnya.

Ia juga berharap bahwa pada tahun 2025, alumni Fakultas Vokasi UMM bisa memasuki semua prefektur di Jepang, yang jumlahnya 47. Pembelajaran di OSTC akan dilakukan secara kombinasi online dan offline. Fakultas Vokasi UMM juga menyediakan asrama lengkap bagi para siswa.

Nantinya, calon perawat yang akan ke Jepang akan mendapat fasilitas asrama, makan, buku-buku gratis. Untuk pelatihan bidang umum memakan waktu 6 bulan, sedangkan untuk keperawatan memerlukan 12 bulan karena berkaitan dengan penanganan manusia.

“Biasanya 6 bulan untuk bahasa, kemudian pematangan sambil menunggu pekerjaan. Biaya masuknya hanya 2,5 juta hingga keberangkatan, dan tiketnya gratis. Ini untuk mereka yang sudah alumni,” jelasnya.

Cerita Alumni D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi UMM Sukses Kerja di Jepang

Kisah sukses menjadi perawat di Jepang telah dibagikan oleh beberapa alumni Program Studi D-3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Salah satunya adalah Ika Wahyu Purwaningsih, yang berbagi pengalaman serta kisaran gaji yang diterimanya selama bekerja di Jepang pada tahun 2022.

Menurut Ika, bekerja sebagai perawat di Jepang memberinya penghasilan sekitar Rp 15 juta per bulan, ditambah dengan berbagai fasilitas seperti tempat tinggal dan kendaraan.

Ika bekerja sebagai perawat lansia di sebuah panti jompo dengan jam kerja delapan jam per hari. Dia juga mendapatkan libur setiap hari Sabtu dan Minggu, yang sering dimanfaatkannya untuk berjalan-jalan.

Kisah sukses lainnya datang dari Sabbarudin Subekti yang juga alumnus D-3 Keperawatan Vokasi UMM. Pria asal Ponorogo ini berhasil meraih kesuksesan di Jepang dengan gaji mencapai Rp 47 juta per bulan pada tahun 2017.

Sabbarudin memulai karirnya di Jepang sebagai kaigo (perawat lansia). Setelah mengikuti tes pada tahun 2017 dan lulus, gajinya mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai Rp 47 juta per bulan. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak tenaga kerja Indonesia yang ingin mengembangkan karir di Negeri Sakura.

You may also like

Haimalang.com adalah sebuah platform media online dengan konten lokal Malang. Haimalang berisi artikel Wisata, Pendidikan, Teknologi dan Berita Terkini Terkait Malang Raya.

2024 Haimalang.com– All Right Reserved.Â