Home Serba Serbi Telur Ayam Kampung atau Ayam Petelur yang Lebih Tahan Lama untuk Konsumsi? Ini Dia Jawaban dan Cara Menyimpannya

Telur Ayam Kampung atau Ayam Petelur yang Lebih Tahan Lama untuk Konsumsi? Ini Dia Jawaban dan Cara Menyimpannya

by Redaksi Hai Malang
0 comment

Haimalang – Di pasar, kita sering menjumpai dua jenis telur yang paling populer, telur ayam petelur dan telur ayam kampung.

Telur sendiri menjadi bahan makanan yang populer dan kaya nutrisi, sering dijadikan pilihan utama untuk sarapan, camilan, atau bahan dalam berbagai masakan. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia mengonsumsi sekitar 6,69 kilogram telur ayam ras per kapita per tahunnya selama tahun 2023 lalu.

Tentunya angka ini dapat menyimpulkan banyaknya masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi telur. Namun, banyak orang juga yang masih bertanya-tanya, apakah ada perbedaan antara telur yang dihasilkan oleh ayam petelur komersial dan ayam kampung dalam hal daya tahan atau ketahanan telur tersebut? Apakah telur dari ayam kampung lebih tahan lama dibandingkan telur dari ayam petelur?

Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi daya tahan telur, serta membandingkan telur dari ayam petelur dan ayam kampung dari segi ketahanan dan kualitas.

Perbedaan Karakteristik Telur Ayam Petelur dan Ayam Kampung

Keduanya berasal dari ayam, banyak orang yang bingung membedakan kedua jenis telur ini. Bahkan, beberapa orang menganggap bahwa telur ayam kampung lebih baik karena dianggap lebih alami, sementara telur ayam petelur dikenal lebih sering dijual dalam jumlah besar dan lebih terjangkau.

Namun, tahukah Anda bahwa terdapat beberapa perbedaan penting antara telur ayam petelur dan telur ayam kampung? Perbedaan ini tidak hanya terlihat dari ukuran atau warna telur, tetapi juga dapat memengaruhi rasa, kualitas, dan bahkan kandungan nutrisi dalam telur tersebut.

Berikut beberapa perbedaan mendasar antara telur ayam petelur dan telur ayam kampung:

Telur Ayam Petelur
Ayam petelur adalah ayam yang dibudidayakan secara komersial untuk menghasilkan telur dalam jumlah besar.
Biasanya, ayam petelur diberi pakan yang diformulasikan khusus dan hidup dalam kondisi yang sangat terkendali. Telur yang dihasilkan oleh ayam petelur umumnya lebih besar dan memiliki cangkang yang lebih tipis dibandingkan telur ayam kampung.

ayam petelur

Ayam petelur dengan kandang modern.

Hal ini karena ayam petelur dirawat untuk menghasilkan telur dengan cepat dan efisien, yang terkadang dapat memengaruhi ketahanan telur.

Telur Ayam Kampung
Ayam kampung, yang sering dibudidayakan secara tradisional, biasanya hidup lebih bebas dan diberi pakan alami.
Telur ayam kampung umumnya lebih kecil, dengan cangkang yang lebih tebal dan warna kuning telur yang lebih pekat.
Telur ayam kampung sering dianggap lebih alami dan memiliki rasa yang lebih khas dibandingkan telur ayam petelur.

Setelah mengetahui perbedaan keduanya, mari kita lihat beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan telur. Meskipun terlihat tahan lama, kenyataannya daya tahan telur dapat bervariasi tergantung pada banyak hal. Mulai dari cara penyimpanan hingga kondisi fisik telur itu sendiri, dapat mempengaruhi seberapa lama telur tetap layak konsumsi.

Beberapa faktor yang memengaruhi ketahanan telur, baik dari ayam petelur maupun ayam kampung, antara lain:
Cangkang Telur
Cangkang telur berfungsi sebagai pelindung utama dari kontaminasi dan kerusakan fisik. Telur ayam kampung cenderung memiliki cangkang yang lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan telur ayam petelur. Cangkang yang tebal dapat membantu melindungi telur dari kerusakan mekanis serta menjaga kualitas telur lebih lama.

Kondisi Penyimpanan
Daya tahan telur sangat dipengaruhi oleh bagaimana telur disimpan setelah dipanen. Telur yang disimpan dalam suhu ruangan yang tepat (sekitar 20-25°C) dapat bertahan beberapa minggu. Sementara itu, telur yang disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas) akan lebih tahan lama. Penyimpanan dalam suhu dingin dapat memperlambat proses pembusukan dan meningkatkan ketahanan telur dari bakteri.

Usia Telur
Telur yang lebih segar tentu saja akan lebih tahan lama dibandingkan dengan telur yang sudah lebih tua. Telur ayam kampung dan ayam petelur keduanya akan mulai kehilangan kesegarannya setelah beberapa hari. Biasanya, telur ayam petelur yang lebih besar memiliki waktu penyimpanan yang sedikit lebih singkat jika dibandingkan dengan telur ayam kampung karena perbedaan kualitas cangkang dan ukuran.

Kualitas Telur
Telur yang sehat dan berkualitas baik memiliki ketahanan yang lebih lama. Telur dari ayam yang sehat, diberi pakan yang baik, dan dipelihara dalam kondisi yang ideal cenderung lebih tahan lama.

Telur Ayam Kampung vs Telur Ayam Petelur: Mana yang Lebih Tahan Lama?

Secara umum, telur ayam kampung cenderung lebih tahan lama dibandingkan dengan telur ayam petelur. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Seperti cangkang telur ayam kampung lebih tebal, ini membuatnya lebih tahan terhadap kerusakan fisik dan lebih baik dalam melindungi isi telur. Cangkang yang lebih tebal juga membantu mencegah penetrasi bakteri atau mikroorganisme yang dapat mempercepat pembusukan.

kedua, Ayam kampung sering diberi pakan alami yang kaya akan nutrisi, dan hal ini dapat memengaruhi kualitas telur. Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang langsung menghubungkan pakan alami dengan ketahanan telur, banyak yang percaya bahwa telur ayam kampung, dengan kandungan alami dan pakan organik, cenderung lebih tahan lama.
Namun, perlu dicatat bahwa faktor penyimpanan juga sangat memengaruhi ketahanan telur.

Jika telur ayam petelur disimpan dengan benar, misalnya dalam lemari pendingin, telur tersebut bisa bertahan selama beberapa minggu. Ketahanan telur sangat bergantung pada cara penanganan dan penyimpanannya, terlepas dari apakah telur tersebut berasal dari ayam petelur atau ayam kampung.

Tips Agar Telur Lebih Tahan Lama

Untuk memperpanjang daya tahan telur, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

Penyimpanan di Kulkas
Simpan telur di dalam kulkas pada suhu sekitar 4°C. Suhu rendah dapat memperlambat proses pembusukan dan menjaga kesegaran telur lebih lama.

Jangan Cuci Telur Sebelum Disimpan
Cucian air atau detergen dapat merusak lapisan pelindung telur yang disebut “cuticle,” yang berfungsi melindungi telur dari bakteri. Sebaiknya cuci telur hanya sebelum digunakan, bukan saat baru dipanen.

Periksa Telur Secara Berkala
Lakukan tes kesegaran telur dengan merendamnya dalam air. Telur yang masih segar akan tenggelam dan tetap berada di dasar, sementara telur yang sudah mulai busuk akan mengapung.

Gunakan Wadah Penyimpanan yang Tepat
Simpan telur dalam karton atau wadah yang sesuai agar tidak terjadi kerusakan pada cangkangnya. Pastikan untuk menyimpan telur dengan ujung tumpul di atas untuk menjaga kualitas kuning telur.

Dapat disimpulkan, telur memiliki masa simpan, yang artinya seberapa lama telur ayam petelur ini layak untuk dikonsumsi. Untuk masa simpan telur sendiri tergantung dari kondisi. Jika telur yang masih baru atau fresh bisa sampai jangka waktu kurun 3 minggu dalam lemari es.

Sedangkan untuk telur organik yang berasal dari ayam kampung biasanya bertahan lebih lama karena cangkangnya yang lebih kuat.

Sebagai tambahan, telur ayam petelur, tidak semua telur berhasil menetas. Ada berbagai faktor dapat memengaruhi proses tersebut. Mulai dari faktor internal tubuh ayam, kondisi lingkungan, hingga cara penanganan telur, semua memiliki peran besar dalam keberhasilan penetasan.

Berikut adalah penjelasan mengapa telur ayam petelur ini tidak akan menghasilkan anak ayam:
1. Tidak Dibuahi oleh Pejantan
Telur ayam petelur yang dihasilkan di peternakan komersial umumnya tidak melalui proses pembuahan. Di peternakan ayam petelur, ayam betina biasanya dipelihara tanpa kehadiran ayam jantan (pejantan).

Tanpa adanya pembuahan dari pejantan, telur yang dihasilkan adalah telur infertil (tidak dibuahi), sehingga tidak memiliki embrio yang bisa berkembang menjadi anak ayam. Telur yang tidak dibuahi hanya mengandung kuning dan putih telur sebagai nutrisi, tanpa ada sel embrionik yang dapat berkembang.

2. Lingkungan Inkubasi Tidak Sesuai
Telur yang dihasilkan ayam petelur yang tidak dibuahi akan tetap infertil meskipun diletakkan di lingkungan yang hangat. Namun, jika telur telah dibuahi, mereka masih memerlukan kondisi khusus untuk dapat menetas, yaitu melalui proses inkubasi yang memadai.

Proses inkubasi ini membutuhkan suhu konstan sekitar 37-38°C, kelembaban yang tepat, dan waktu sekitar 21 hari.
Telur komersial biasanya disimpan dalam suhu dingin atau suhu ruangan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan embrio. Hal ini menjadikan telur tidak mengalami perkembangan embrio.

3. Proses Penanganan dan Penyimpanan Telur
Telur ayam petelur yang dijual di pasaran mengalami proses penanganan dan penyimpanan tertentu yang mencegah perkembangan embrio, jika pun ada.

Telur yang telah dibuahi pun akan kehilangan potensi tetasnya jika disimpan dalam suhu yang terlalu rendah atau mengalami guncangan saat transportasi dan penyimpanan.

4. Genetika dan Seleksi Khusus pada Ayam Petelur
Ayam petelur yang digunakan di industri umumnya berasal dari hasil persilangan khusus untuk menghasilkan produksi telur yang tinggi.

Ayam-ayam ini telah diseleksi secara genetik untuk memaksimalkan jumlah telur yang dihasilkan, namun tidak diutamakan pada sifat-sifat genetik yang berfokus pada kesuburan atau kemampuan tetas. Ini berbeda dengan ayam yang memang dibudidayakan khusus untuk ditetaskan.

Penulis: M. Alfan Fadhil ( mahasiswa semester 1 prodi Sarjana Terapan Agribisnis Unggas Fakultas Vokasi UMM)

You may also like

Haimalang.com adalah sebuah platform media online dengan konten lokal Malang. Haimalang berisi artikel Wisata, Pendidikan, Teknologi dan Berita Terkini Terkait Malang Raya.

2024 Haimalang.com– All Right Reserved.Â