Haimalang – Bekam, atau dikenal juga dengan istilah cupping therapy, adalah salah satu metode pengobatan tradisional tertua di dunia yang hingga kini masih diminati banyak orang. Terapi ini menggunakan teknik penghisapan dengan cangkir khusus yang ditempelkan pada permukaan kulit. Tujuannya adalah untuk membantu mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme, melancarkan peredaran darah, dan meredakan berbagai keluhan kesehatan.
Meski berasal dari tradisi kuno, bekam tetap relevan di era modern karena banyak penelitian mulai mengkaji efektivitasnya. Di beberapa negara, metode ini bahkan menjadi bagian dari pengobatan komplementer yang diakui secara medis. Hal ini juga diimplementasikan di Malang, salah satu klinik medis menggunakan bekam untuk mendetoksi racun di tubuh.
Terapi ini menawarkan beragam manfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Melalui teknik penghisapan pada permukaan kulit, terapi ini diyakini dapat membantu melancarkan peredaran darah, mengurangi rasa nyeri, hingga mendukung proses detoksifikasi alami tubuh.
Berikut Manfaat Bekam untuk Kesehatan Tubuh
1. Melancarkan Peredaran Darah
Bekam membantu meningkatkan aliran darah di area yang dibekam dengan cara menciptakan hisapan yang memicu vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Ini dapat membantu mengurangi sumbatan darah kotor atau stagnasi sehingga suplai oksigen ke jaringan tubuh lebih lancar.
2. Mengurangi Nyeri Otot dan Sendi
Terapi bekam sering digunakan untuk mengurangi nyeri punggung, leher, atau sendi akibat ketegangan otot maupun peradangan ringan. Hisapan pada kulit memicu pelepasan zat endorfin yang berperan sebagai pereda nyeri alami.
3. Detoksifikasi Tubuh
Bekam basah (hijamah) dipercaya membantu mengeluarkan darah yang mengandung zat sisa metabolisme dan racun tubuh, sehingga tubuh dapat lebih optimal dalam menjalankan fungsi organ-organ vitalnya.
4. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Beberapa riset menunjukkan bahwa bekam dapat memicu respons imun melalui aktivasi sel darah putih. Ini membantu tubuh lebih siap melawan infeksi ringan dan mempercepat proses pemulihan.
5. Meredakan Stres dan Meningkatkan Relaksasi
Proses bekam juga merangsang sistem saraf parasimpatik yang berperan dalam menurunkan stres, menstabilkan detak jantung, serta membuat tubuh lebih rileks.
6. Membantu Mengurangi Migrain dan Sakit Kepala
Dengan melancarkan aliran darah dan mengurangi ketegangan di area tertentu, bekam dapat membantu meredakan gejala sakit kepala, termasuk migrain ringan.
7. Mendukung Kesehatan Kulit
Hisapan bekam meningkatkan aliran darah di bawah permukaan kulit, yang dapat memperbaiki proses penyembuhan jaringan dan membantu mengurangi peradangan kulit ringan.
Awal Mula Bekam
Sejarah bekam dapat ditelusuri sejak ribuan tahun lalu di berbagai peradaban besar dunia. Salah satu bukti tertua tercatat dalam Ebers Papyrus dari Mesir Kuno sekitar 1500 SM, yang mendokumentasikan penggunaan bekam untuk mengatasi nyeri, demam, dan gangguan sirkulasi. Pada masa itu, metode ini dilakukan dengan menggunakan tanduk atau gelas sederhana yang dipanaskan untuk menciptakan tekanan negatif.

Terapi bekam untuk tubuh.
Tidak hanya di Mesir, bekam juga dikenal di wilayah Makedonia dan Yunani kuno. Tokoh medis besar, Hippocrates, yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern, mempraktikkan dan mengembangkan metode ini sebagai terapi untuk penyakit internal dan gangguan struktural tubuh. Praktik ini menjadi bagian penting dalam sejarah pengobatan Barat pada masa itu (StatPearls, NCBI Bookshelf, 2023; Melbourne Natural Therapies).
Baca juga Pedis Care Hadirkan Inovasi Bekam Keperawatan, Angkat Harapan Baru Bagi Pasien Luka Diabetes
Di belahan dunia lain, bekam memiliki peran signifikan dalam pengobatan tradisional Asia Timur. Pada era Dinasti Han di Tiongkok sekitar 200 SM, bekam menjadi bagian dari terapi akupunktur untuk melancarkan aliran energi tubuh atau qi. Di India, teknik serupa ditemukan dalam pengobatan Ayurveda yang menganggapnya sebagai terapi detoksifikasi darah.
Sementara itu, di dunia Islam, bekam (atau hijamah) memiliki kedudukan khusus karena dianjurkan dalam beberapa riwayat hadits Nabi Muhammad SAW. Pengobatan ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Muslim terkenal seperti Ibnu Sina (Avicenna), yang menggabungkannya dengan konsep medis pada zamannya (Hektoen International, 2020; Dr. Park Cupping Clinic).
Penyebaran Bekam ke Berbagai Penjuru Dunia
Seiring perjalanan sejarah, bekam menyebar ke berbagai wilayah dunia, termasuk Asia Tenggara dan Timur Tengah. Di Indonesia, bekam mulai dikenal luas seiring masuknya ajaran Islam dan pengaruh perdagangan antarnegara pada masa lampau. Hingga saat ini, terapi bekam masih menjadi bagian dari pengobatan tradisional masyarakat, baik dalam bentuk praktik rumahan maupun layanan profesional di klinik kesehatan alternatif.
Popularitas bekam juga meningkat di kalangan masyarakat Barat setelah sejumlah atlet dunia, seperti Michael Phelps, terlihat menggunakan terapi ini untuk mempercepat pemulihan otot mereka. Jejak lingkaran merah pada punggung para atlet tersebut sempat menjadi sorotan media global, sehingga memperkenalkan bekam kepada khalayak luas sebagai metode pemulihan non farmakologis.
Di era medis kontemporer, para peneliti mulai mengkaji manfaat bekam dengan metode ilmiah yang lebih sistematis. Beberapa hasil riset yang diterbitkan di PubMed (2017) dan ScienceDirect menunjukkan bahwa bekam memiliki potensi dalam:
1. Meningkatkan sirkulasi darah lokal dengan cara membuka kapiler kecil di permukaan kulit.
2. Meredakan nyeri dan peradangan, terutama pada kasus nyeri punggung bawah, bahu kaku, dan sakit kepala tegang.
3. Meningkatkan fungsi sistem imun, diduga melalui stimulasi sel-sel pertahanan tubuh.
4. Membantu relaksasi dan mengurangi stres, karena memberikan efek fisiologis yang mirip dengan pijat terapeutik.
Namun, para ahli juga menekankan bahwa meskipun manfaatnya menjanjikan, mekanisme pasti dari bekam belum sepenuhnya dipahami. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode uji klinis berskala besar untuk memastikan efektivitas dan keamanannya secara global.
Antara Kepercayaan Kuno dan Bukti Sains
Salah satu daya tarik utama bekam adalah posisinya sebagai jembatan antara pengobatan tradisional dan medis modern. Di satu sisi, bekam diwariskan melalui kepercayaan kuno dan praktik budaya yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Di sisi lain, pengobatan kontemporer mulai mengakui potensinya sebagai terapi pendukung, bukan pengganti pengobatan medis utama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memasukkan cupping therapy ke dalam daftar pengobatan tradisional yang layak diteliti lebih dalam. Beberapa negara bahkan telah memiliki standar operasional dan sertifikasi resmi bagi terapis bekam, guna memastikan praktik ini dilakukan secara higienis dan aman.
Bekam di Era Modern
Di era sekarang, bekam bukan lagi sekadar terapi tradisional. Dengan adanya inovasi alat bekam modern, seperti penggunaan pompa elektrik dan gelas sekali pakai, praktik ini menjadi lebih higienis dan sesuai standar medis. Selain itu, banyak klinik kesehatan kini menggabungkan bekam dengan metode lain seperti akupunktur, fisioterapi, atau pijat medis untuk hasil yang lebih optimal.
Masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya memilih tempat bekam yang terpercaya. Faktor kebersihan, keahlian terapis, dan pemahaman akan kondisi medis pasien menjadi hal yang tak boleh diabaikan.