Home Pilihan Redaksi Kisah Pahlawan TRIP di Malang Melawan Belanda, Aksi Berani Para Pelajar Hadapi Pertempuran Sengit

Kisah Pahlawan TRIP di Malang Melawan Belanda, Aksi Berani Para Pelajar Hadapi Pertempuran Sengit

by Imam Abu
0 comment

MALANG, HaiMalang.com — Kisah pahlawan Tentara Republik Indonesia Pelajar atau yang dikenal dengan sebutan pahlawan TRIP di Malang kala melawan Belanda jadi salah satu bukti perjuangan rakyat Indonesia mewujudkan kemerdekaan.

Kisah heroik pasukan tentara beranggotakan para pelajar ini pun diabadikan menjadi nama jalan hingga dibuatkan monumen khusus di Kota Malang.

Aksi gigih ini dilatar belakangi oleh peristiwa Agresi Militer I Belanda tahun 1947. Lantas bagaimana cerita lengkap dari perjuangan para tentara pelajar RI ini? Berikut kami kupas mengenai kisah pahlawan TRIP melawan Belanda.

Sejarah Pembentukan TRIP

Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) adalah pasukan yang beranggotakan para remaja dan pelajar yang dibentuk setelah Jepag menyerah pada sekutu.

Meski hanya dilengkapi dengan persenjataan sederhana, para anak muda tersebut punya semangat dan tekad kuat untuk mempertahankan tanah air.

Pembentukan TRIP bermula pada tanggal 22 September 1945 dimana Barisan Keamanan Rakyat Pelajar (BKR-P) didirikan di Surabaya oleh Soengkono. BKR-P terdiri dari para pelajar berusia 12 hingga 20 tahun yang ingin berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

5 Oktober 1945, BKR berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan BKR Pelajar juga turut  berganti nama menjadi TKR Pelajar. Pada 1946, nama ini berubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) pada tanggal 17 Januari 1946.

Dari tanggal 14 Juli hingga 16 Juli 1946, diadakan Kongres Pelajar di Malang yang dihadiri oleh pimpinan IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) Jawa Timur. Hasil kongres ini memutuskan bahwa Kota Malang akan menjadi pusat markas TRIP di Jawa Timur.

Kisah Perlawanan Pahlawan Trip di Malang Lawan Penjajah Belanda

Kisah pahlawan Trip melawan Belanda berawal dari peristiwa Agresi Militer Belanda I yang dimulai pada 21 Juli 1947. Belanda memulai serangan dari daerah Besuki lalu bergerak ke arah selatan Porong-Trawas-Lawang-Kota Malang.

Dalam menghadapi ancaman ini, pemuda-pemuda terutama para pelajar, membentuk sebuah pasukan yang dikenal dengan nama Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

Mereka merupakan bagian dari Brigade VII Batalyon 5000 yang disebar ke berbagai penjuru Malang. Beberapa diantaranya berada di perbatasan Lawang dan Singosari.

Dikomandoi oleh Komandan Batalyon, Susanto, sebagian tentara dikirim ke wilayah Malang Selatan serta beberapa titik lainnya.

Strategi Pertempuran Pahlawan Trip di Malang

Pemimpin TRIP menerima sebuah rencana pertahanan Kota Malang yang disampaikan oleh staf Divisi Untung Suropati pada esok hari. Perintah tersebut tak lain adalah aksi pengosongan dan pembumihangusan seluruh bangunan vital di Malang sebelum Belanda datang menyerang.

Hal ini sebenarnya merupakan taktik yang bertujuan agar Belanda tidak akan mendapat apa-apa jika mereka menguasai Malang. Hal ini mencegah Belanda mendapat keuntungan dari infrastruktur yang ada.

Pahlawan TRIP di Malang

Monumen TRIP untuk mengenang para pahlawan yang gugur di pertempuran 31 Juli 1947. (Foto: Dok. Mastrip Malang)

Semakin dekat dengan hari dimana Belanda melakukan penyerangan, pada 23 Juli 1947, Kota Malang dikosongkan dan bangunan vital pun dibakar. Komando pertahanan diberikan kepada Susanto, pemimpin Batalyon TRIP. Pasukan TRIP pun lantas disebar di berbagai titik strategis Malang untuk bersiap melakukan perlawanan.

Pertempuran di Jalan Salak Kota Malang, 35 anggota TRIP Gugur

Tepat pada 31 Juli 1947, pasukan Belanda memasuki Kota Malang kemudian terjadi pertempuran sengit di Lapangan Pacuan Kuda Betek hingga Jalan Salak (kini dikenal sebagai Jalan Pahlawan Trip). Pertempuran tersebut berlangsung sekitar lima jam lamanya.

Pasukan TRIP yang hanya dilengkapi dengan senjata sederhana harus berhadapan dengan pasukan Belanda yang terlatih serta bersenjata lengkap, termasuk kendaraan berlapis baja.

Sebanyak 35 anggota TRIP gugur di medan tempur, termasuk komandan batalyon mereka, Susanto. Beberapa di antaranya yang mengalami luka-luka.

Di sisi lain, hanya sedikit tentara Belanda yang dilaporkan tewas dalam pergolakan itu. Belanda pun berhasil merebut Kota Malang. Seluruh anggota pasukan TRIP yang gugur melawan Belanda kemudian dikuburkan dalam satu lubang yang terletak tidak jauh dari markas TRIP di Jalan Salak, Kota Malang.

Penghormatan pada Para Pahlawan Trip di Malang

Menyimpan kisah heroik nan berani dari para pemuda Malang, Jalan Salak yang menjadi saksi dari pengorbanan para pelajar ini pun diubah namanya menjadi Jalan Pahlawan TRIP.

Tak hanya itu, untuk menghormati dan mengenang gigihnya perjuangan para pahlawan TRIP mempertahankan Malang, monumen berbentuk patung dua orang pelajar yang memanggul senjata lalu didirikan di ujung Jalan Salak.

Terdapat sebuah plakat dengan 35 nama anggota pasukan TRIP yang gugur pada pertarungan melawan penjajah itu. Monumen tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959.

Tiap tahun, masyarakat Malang mengenang jasa para pahlawan dengan melakukan kegiatan ziarah dan tabur bunga di monumen tersebut.

Demikianlah kisah pahlawan TRIP melawan Belanda yang berjuang dalam pertempuran tahun 1947 di Kota Malang.

Kehadiran kisah pahlawan TRIP ini tak hanya menjadi kenangan yang tercatat dalam sejarah, tetapi juga menjadi saksi dan bukti semangat patriotisme dan nasionalisme dari para pemuda Malang dalam membela tanah air.

 

Writer: Shinta Alifia

Editor: Imam Abu Hanifah

You may also like

Haimalang.com adalah sebuah platform media online dengan konten lokal Malang. Haimalang berisi artikel Wisata, Pendidikan, Teknologi dan Berita Terkini Terkait Malang Raya.

2024 Haimalang.com– All Right Reserved.