Haimalang – Di lingkungan sekolah, tak jarang ada siswa yang menjadi korban perundungan (bullying). Korban bullying seringkali mengalami hal-hal seperti ditindas, diolok-olok bahkan diancam oleh pelaku bullying. Hal itu pun membuat korban mengalami kesulitan dalam mengembangkan kepercayaan diri untuk mencapai potensi mereka.
Menurut data yang didapat dari organisation for economic cooperation and development (OECD), tingkat bullying di Indonesia mencapai 41,1 persen dari 78 negara.
Berawal dari permasalahan tersebut, mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (UNIKAMA) berkesempatan untuk memberikan “Edukasi Anti-Bullying sebagai Bagian dari Pendidikan Karakter” secara langsung melalui program KKN berdampak di Desa Jatisari, Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
Kegiatan ini resmi dimulai pada Kamis (21/8/2025), dengan program anti-bullying di Desa Jatisari, dimana sekolah menerapkan kebijakan anti-bullying yang dilatarbelakangi oleh adanya program pemerintah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Salah satunya adalah menghapus tiga dosa besar pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Perwujudan sekolah anti-bullying merupakan tanggung jawab komunitas sekolah bersama-sama, khususnya guru, tenaga kependidikan, dan siswa.
Selama satu bulan, dimulai pada 1 Agustus sampai 31 Agustus 2025, para mahasiswa akan terlibat dalam berbagai aspek yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepala Desa Jatisari Mansur SPd, bersama sekretaris Desa Jatisari Ashadi SPd menyambut langsung para peserta KKN Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (UNIKAMA) dan memberikan arahan terkait program kerja yang akan dilakukan selama satu bulan kedepan khususnya dalam ranah pendidikan.
Dalam sambutannya, Mansur menekankan pentingnya keseriusan mahasiswa dalam penyaluran ilmu selama berada di bangku perkuliahan dalam kehidupan bermasyarakat, yang mana pada kesempatan ini, Mahasiswa UNIKAMA berkesempatan memberikan penyuluhan anti-bullying SD Negeri 2 Jatisari.
Mahasiswa program studi bimbingan dan konseling UNIKAMA, Thoriq Zia Ulhaq, menyampaikan bahwa sosialisasi ini penting dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, damai, nyaman bagi semua siswa SD Negeri 2 Jatisari.
“Bullying memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan seseorang. Seseorang yang mengalami perundungan, atau yang biasa disebut sebagai korban bullying akan mengalami masalah kesehatan mental. Salah satu dampak yang mungkin terjadi adalah depresi hingga bunuh diri,” ujarnya.
Sebagai pemateri, Thoriq menggambarkan perundungan sebagai “kertas” yang telah diremas. Ketika kertas yang tadinya ditekuk dan kemudian coba dikembalikan seperti semula, kertas itu pasti masih tetap meninggalkan bekas lekukan.
“Ketika si korban telah memaafkan tindakan pembullyan yang terjadi pada dirinya, korban perundungan akan mengalami hal ini. Namun, trauma atau bekas dari tindakan tersebut masih ada,” jelasnya.
Thoriq juga menambahkan jika bullying tidak hanya menghancurkan fisik korbannya saja, namun juga mental korban karena kita sendiri tidak akan tahu berapa kali kalimat atau perbuatan yang orang lain lakukan yang bisa akan terlintas di pikiran seseorang.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Negeri 2 Jatisari, Sudarto mengapresiasi upaya mahasiswa UNIKAMA dalam mengedukasi siswa SD Negeri 2 Jatisari mengenai isu bullying.
“Kami dari pihak sekolah berharap kegiatan sosialisasi ini dapat mengurangi kasus bullying di lingkungan sekolah dan juga harapan kami dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antar sesame,” ujarnya.
Program ini dilakukan oleh para mahasiswa KKN karena melihat maraknya kasus bullying yang tidak disadari sebagai salah satu bentuk bullying itu sendiri. Sebagai contoh, seorang guru biasa mengatakan “jangan kalah sama yang perempuan” untuk memicu dampak emosional pada siswa laki-laki agar lebih berani dibandingkan siswa perempuan, yang mana hal tersebut merupakan tindakan gaslighting, yang merupakan salah satu bentuk bullying yang tidak disadari baik oleh pelaku dan korban.
Novita Anggraini, salah satu pemateri lain, yang juga merupakan mahasiswa KKN dari program studi bimbingan konseling juga menyebut jika perilaku bullying di sekolah dapat berdampak negatif dan bisa merugikan korban serta lingkungan sekolah secara keseluruhan. Korban bullying sering mengalami dampak emosional yang serius seperti depresi, cemas bahkan pemikiran untuk mengakhiri hidup, menurut pengamatan yang dilakukan para mahasiswa KKN, ditemukan bahwa pelaku bullying juga tidak menyadari jika mereka melakukan tindakan bully itu sendiri.