Home PendidikanMahasiswa UMM Kembangkan Kacamata Pintar untuk Bantu Tunanetra Identifikasi Obat

Mahasiswa UMM Kembangkan Kacamata Pintar untuk Bantu Tunanetra Identifikasi Obat

by Redaksi Hai Malang
0 comments

Haimalang – Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mencatatkan prestasi luar biasa dalam dunia teknologi kesehatan. Tim mahasiswa ini berhasil mengembangkan kacamata pintar berbasis machine learning, yang diberi nama Vision Medichine, untuk membantu penyandang tunanetra dalam mengidentifikasi jenis obat secara otomatis. Proyek ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek) untuk tahap pengembangannya.

Vision Medichine dirancang dengan pendekatan generative AI dan teknologi asisten suara, memungkinkan perangkat ini memberikan informasi tentang obat yang terdeteksi melalui suara secara langsung. Inovasi ini terinspirasi dari perhatian tim terhadap kesulitan yang dihadapi oleh banyak penyandang tunanetra dalam mengenali obat yang mereka konsumsi, terutama dalam situasi darurat.

Tim pengembang yang terdiri dari Al Fitra Nur Ramadhani (Informatika), Muhammad Hanif (Informatika), Dwi Sukmawati (Farmasi), Zaki Hanif Izzet (Teknik Elektro), dan Riko Dwi Firmansyah (Teknik Elektro) memiliki semangat tinggi untuk menciptakan solusi yang bermanfaat ini. Proyek tersebut dimulai ketika mereka mengikuti seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan di tingkat universitas.

“Waktu itu, saya dari prodi Informatika dan sedang bersemangat untuk ikut seleksi PKM. Alhamdulillah, kami terpilih dan mendapat kesempatan untuk mewujudkan proyek ini,” kenang Fitra.

Fitra menambahkan bahwa banyak berita yang menyebutkan kesulitan penyandang tunanetra dalam mendeteksi obat yang mereka konsumsi, padahal kesehatan adalah hal yang sangat penting. Dari keprihatinan itulah, mereka memilih topik kesehatan sebagai fokus proyek mereka.

Inovasi Vision Medichine terinspirasi dari perangkat virtual reality yang selama ini banyak digunakan oleh penyandang disabilitas. Dengan teknologi pemindai yang terintegrasi, pengguna cukup mengarahkan kacamata ke objek obat yang akan dikonsumsi, dan alat ini akan secara otomatis mengumumkan nama serta informasi dasar tentang obat tersebut.

Selain itu, Vision Medichine dilengkapi dengan fitur asisten suara yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi lebih lanjut dengan perangkat. “Dengan asisten suara ini, pengguna atau penyandang tunanetra dapat bertanya tentang informasi terkait obat yang ada di sekitar mereka,” ujar Fitra.

Keunggulan lain dari alat ini adalah desain ergonomis dan efisiensinya, yang memudahkan penyandang tunanetra menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu pelatihan teknis yang rumit, meningkatkan kemandirian mereka.

Saat ini, proyek Vision Medichine sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan. “Alhamdulillah, kami sudah mencapai sekitar 30-40% dalam pengembangan alat ini. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tetapi sejauh ini semuanya berjalan lancar. Komponen-komponen yang diperlukan juga sudah datang, dan bimbingan dari dosen seperti Pak Galih Wasis Wicaksono sangat membantu kami,” tambahnya.

Meski begitu, pengembangan alat ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa komponen, seperti kamera, sempat mengalami kendala teknis saat diuji di lapangan. “Beberapa komponen yang kami beli tidak berfungsi sesuai harapan, misalnya kamera yang hasilnya tidak sesuai dengan uji coba lapangan,” jelas Fitra.

Namun, dengan semangat kolaboratif dan dukungan dari berbagai pihak, tim pengembang Vision Medichine berharap dapat membawa proyek ini ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Inovasi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan mahasiswa UMM dalam bidang teknologi, tetapi juga memperlihatkan kepedulian mereka terhadap isu sosial, dengan menciptakan solusi teknologi yang inklusif dan aplikatif bagi penyandang disabilitas.

You may also like