Home NewsRencana Pemkot Malang Relokasi Sekolah di Jalan Bandung, Netizen: Jangan Sampai Timbul Masalah Baru

Rencana Pemkot Malang Relokasi Sekolah di Jalan Bandung, Netizen: Jangan Sampai Timbul Masalah Baru

by Imam Abu
0 comments

HaiMalang.com — Usulan Pemerintah Kota Malang untuk memindahkan sebagian kelas dari sejumlah sekolah yang berada di Jalan Bandung demi mengurai kemacetan mendapat sorotan tajam dari masyarakat.

Rencana tersebut menuai beragam tanggapan, terutama dari netizen yang menilai langkah itu terlalu tergesa-gesa dan belum menyentuh akar permasalahan.

Seperti diketahui, kawasan Jalan Bandung dikenal padat lalu lintas, terutama pada jam-jam tertentu saat antar jemput siswa. Di jalur ini terdapat empat lembaga pendidikan yang berdekatan, yakni KB/BA Restu 1, MIN 1 Kota Malang, MTsN 1 Kota Malang, dan MAN 2 Kota Malang. Diduga, aktivitas kendaraan para wali murid yang menunggu anak-anak mereka menjadi salah satu pemicu kemacetan.

Menanggapi persoalan ini, Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengungkapkan bahwa pemkot telah berkoordinasi dengan Kementerian Agama untuk mencari solusi. Salah satunya adalah memindahkan sebagian aktivitas pembelajaran ke wilayah Islamic Center, Arjowinangun, sebagai kampus kedua.

“Saya sudah berkoordinasi dengan Kemenag, salah satu kemacetan yang terjadi ke Jalan Bandung itu kan karena ada MIN, MTS dan MAN sebagai salah satu pemicu kemacetan dan kita telah menyiapkan alternatif terkait penanganan lalu lintas,” jelas Wahyu, dikutip dari Malang.viva.co.id.

Ia menambahkan, ketiga madrasah tersebut siap untuk membuka kelas di lokasi baru dengan dukungan lahan dari Pemkot Malang.

“Salah satunya untuk memecah kemacetan. Dari tiga madrasah ini siap untuk membangun dengan lahan dari Pemkot. Tetap sebagai MIN, MTS dan MAN jadi istilahnya kampus 2. Jadi kampus satunya ada di Jalan Bandung dan kampus 2 ada di kawasan Islamic Center,” ujarnya.

Namun, ide relokasi ini justru memicu diskusi panas di media sosial. Dalam unggahan yang dibagikan akun Malangraya.info, topik ini langsung mendapat 1143 komentar dan 1187 kali dibagikan usai 14 jam diunggah.

Sebagian besar komentar menunjukkan penolakan terhadap kebijakan tersebut. Salah satu komentar datang dari akun @Volkdei.

“Pak Wali, Jangan Buru-buru Relokasi Sekolah Tanpa Kajian yang Matang. Jika benar ingin mengatasi kemacetan di Jalan Bandung, maka seharusnya ada kajian mendalam terlebih dahulu sebelum membuat kebijakan. Jangan sampai keputusan strategis seperti relokasi sekolah diambil tanpa dasar naskah akademik yang kuat, Pak Wahyu. Bukannya menyelesaikan masalah, justru bisa menimbulkan persoalan baru,” tulis akun tersebut.

Ia menambahkan bahwa kawasan Jalan Bandung hingga Jalan Veteran sudah lama menjadi ikon Kota Malang sebagai kota pendidikan. Di sepanjang poros ini berdiri berbagai sekolah dan perguruan tinggi. Dengan keberadaan sekolah dan kampus itu, menurutnya kawasan Jalan Bandung tidak bisa hanya dipandang titik kemacetan, tapi juga simbol penting dalam identitas kota.

Nada keberatan juga datang dari akun @iskandar23 yang menyoroti bahwa kemacetan hanya terjadi pada waktu tertentu.

“Bukan solusi ini pak, kan macetnya di jam tertentu sja. Coba bikin parkir khusus di kawasan dekat sekolah situ. atau bikin bus antar jemput dan titik jemputnya yg membuat tidak macet.”

Senada dengan itu, akun @erich.ad memberikan saran agar pemkot fokus pada pengaturan lalu lintas dan manajemen waktu sekolah.

“Kalau boleh saran, untuk jam keluar sekolah bisa koordinasi dengan pihak sekolah ada pengaturan jam keluar dan masuk. Disediakan tempat untuk dropping murid untuk suttle bis khusus murid sekolah tersebut. Ditugaskan beberapa petugas untuk memperlancar lalin agar patuh. Dengan begini tidak perlu ada pemborosan apalagi pindah tempat hanya akan mengalihkan titik kemacetan saja. Demikian hanya saran dari rakyat kecil yang tiap hari lewat jalan bandung,” tulisnya.

Meski solusi relokasi sekolah di Jalan Bandung ini masih dalam tahap wacana, respons masyarakat menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih menyeluruh dan partisipatif dalam merumuskan kebijakan publik, terutama yang menyangkut pendidikan dan mobilitas warga.

Writer: Imam Abu Hanifah

You may also like