HaiMalang.com – Beberapa inovasi negara maju dalam mengatasi banjir berikut ini mungkin bisa jadi contoh bagi Indonesia. Apalagi pada awal tahun 2025, beberapa wilayah Indonesia telah diwarnai banjir akibat curah hujan tinggi serta perubahan fungsi bentang alam.
Salah satu wilayah yang menjadi sorotan adalah Kota Bekasi, di mana delapan kecamatan, yaitu Rawalumbu, Pondokgede, Bekasi Barat, Bantargebang, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Jatiasih, dan Bekasi Timur, terdampak banjir akibat meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi.
Pemerintah Provinsi pun segera mengambil langkah tegas dengan menertibkan kawasan Puncak Bogor, yang sebelumnya merupakan daerah hijau tetapi kini banyak dibangun tempat wisata dan vila, bahkan di lahan milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Selain di Bekasi, Kota Malang juga mengalami banjir, termasuk di kawasan Jalan Soekarno-Hatta. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah kota dan pemerintah provinsi Jawa Timur berencana membangun sistem drainase yang lebih baik.
Namun, langkah ini menuai kontroversi karena melibatkan penebangan ratusan pohon yang berpotensi merusak lingkungan. Lantas, bagaimana inovasi negara-negara maju mengatasi masalah banjir?
Beberapa Inovasi Negara Maju Atasi Banjir, Ada Terowongan Terpanjang hingga DAM Raksasa
Banjir merupakan permasalahan yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia. Faktor-faktor seperti curah hujan tinggi, perubahan tata guna lahan, dan sistem drainase. Berikut adalah beberapa inovasi pengendalian banjir yang telah diterapkan di berbagai negara.
-
Kincir Angin dan Delta Works di Belanda
Belanda dikenal sebagai negara dengan sistem pengelolaan air yang canggih. Salah satu inovasi yang digunakan adalah kincir angin.
Kincir angin berfungsi mengeringkan lahan yang lebih rendah dari permukaan air laut atau sungai, terutama di daerah polder. Sistem ini telah digunakan sejak abad ke-17 dan masih berfungsi hingga kini.
Delta Work di Belanda (Foto: Raimond Spekking/ Wikipedia Commons)
Selain itu, Belanda juga memiliki proyek Delta Works, serangkaian bendungan, tanggul, dan pintu air raksasa yang dirancang untuk melindungi daratan dari banjir laut dan badai. Beberapa komponen utama dari Delta Works adalah:
- Oosterscheldekering: Pintu air raksasa yang dapat ditutup untuk melindungi wilayah Zeeland dari pasang surut dan badai.
- Maeslantkering: Pintu air di Rotterdam yang dapat tertutup guna melindungi kota dari banjir laut.
- Afsluitdijk: Bendungan yang memisahkan Laut Utara dari IJsselmeer untuk melindungi wilayah utara Belanda.
Delta Works dibangun setelah banjir besar tahun 1953 yang menewaskan lebih dari 1.800 orang dan selesai pada tahun 1997.
-
G-Cans di Jepang
Cara negara maju dalam atasi banjir yang bisa dicontoh Indonesia adalah G-Cans miliki Jepang. Negeri Matagari Terbit ini memiliki sistem drainase bawah tanah terbesar di dunia yang dikenal sebagai G-Cans. Sistem ini dibangun untuk menampung dan mengalirkan air banjir di Tokyo dan sekitarnya.
Poros Pertama Kasukabe G-Cans di Jepang (Foto: Keihin Nike/ Wikipedia Commons)
G-Cans terletak di Kasukabe, Prefektur Saitama, dan terdiri dari:
- Lima tangki beton raksasa yang dihubungkan oleh terowongan sepanjang 6,5 km, berada 50 meter di bawah tanah.
- 59 pilar raksasa untuk menopang tangki penampung.
- 78 pompa berkekuatan 10 MW yang mampu memompa 200 ton air per detik ke Sungai Edo.
Pembangunan G-Cans sendiri telah dimulai pada tahun 1992 dan selesai pada 2006 dengan biaya sekitar USD 2 miliar. Kini, saat tidak digunakan, G-Cans dibuka untuk wisatawan sebagai destinasi edukasi yang unik.
-
SMART Tunnel di Malaysia
Malaysia memiliki proyek inovatif bernama Stormwater Management And Road Tunnel (SMART Tunnel), yang merupakan terowongan multifungsi untuk mengatasi banjir dan kemacetan lalu lintas di Kuala Lumpur.
Pintu masuk terowongan multifungsi SMART Tunnel di Malaysia sebagai pengendali banjir (Foto: FreeMalaysiaToday.com)
SMART Tunnel memiliki panjang sekitar 9,7 km dan merupakan terowongan drainase hujan terpanjang di Asia Tenggara. Terowongan ini terdiri dari dua bagian utama:
- Terowongan drainase hujan : untuk menampung dan mengalirkan air hujan guna mencegah banjir kilat.
- Terowongan jalan raya : berfungsi sebagai jalur alternatif untuk mengurangi kemacetan lalu lintas.
Proyek SMART dipimpin oleh Malaysian Highway Authority (LLM) dan Departemen Irigasi dan Drainase Malaysia (JPS), serta perusahaan swasta Gamuda Berhad dan MMC Corporation Berhad.
Pada tahun 2011, proyek ini menerima penghargaan UN Habitat Scroll of Honour Award atas inovasinya dalam pengelolaan air dan lalu lintas.
-
Thames Barrier di London, Inggris
Inovasi negara maju dalam mengatasi banjir yang terakhir adalah Thames Barrier di Inggris. Sistem penghalang banjir ini dibangun di Sungai Thames, London dengan struktur yang dirancang untuk melindungi pusat kota dari banjir akibat pasang surut air laut dan badai.
Keindahan Thames Barrier di London yang juga menjadi bangunan pengendali banjir (Foto: Touarise/ Wikipedia Commons)
Beberapa fakta menarik mengenai Thames Barrier:
- Melindungi sekitar 125 km² area pusat London, termasuk 1,4 juta orang dan 420.000 properti.
- Terdiri dari 10 gerbang baja yang dapat diangkat, masing-masing seberat 3.300 ton.
- Ketika diangkat, gerbang setinggi bangunan lima lantai dan lebarnya sebanding dengan bukaan Tower Bridge.
- Resmi dibuka oleh Ratu Elizabeth II pada tahun 1984 dan telah digunakan 221 kali sejak dibuka untuk mengatasi banjir.
Itulah tadi berbagai inovasi negara maju atasi banjir di wilayahnya. Inovasi pengendalian banjir tersebut bukan hanya mengandalkan infrastruktur dasar. Tetapi juga teknologi canggih dan perencanaan yang matang.
Indonesia dapat mengambil inspirasi dari solusi ini untuk mengatasi banjir di berbagai daerah, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan dan keberlanjutan.
Writer: Imam Abu Hanifah