HaiMalang.com — Di balik toga dan senyum bangga di wajah para wisudawan Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama), Sabtu (17/5/2025), terselip kisah inspiratif dari seorang anak petani asal Blitar yang menjadi wisudawan terbaik Unikama dalam Wisuda Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025.
Dia adalah Diva Cahyo Pradana, mahasiswa Program Studi Peternakan kelahiran Wlingi tahun 2002, yang berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95 dan meraih predikat dengan pujian.

Diva Cahyo Pradana, saat bersalaman dengan Rektor Unikama, Dr. Sudi Dul Aji, M.Si usai dinobatkan sebagai wisudawan terbaik (Foto: Dok. unikama)
Diva dinobatkan sebagai salah satu wisudawan terbaik dalam Wisuda Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025 yang diikuti 251 lulusan — terdiri dari 214 sarjana dan 37 magister pascasarjana.
Prestasi yang ia raih bukan datang secara instan, melainkan melalui proses panjang, kerja keras, serta dukungan dari lingkungan kampus dan keluarga.
“Sebagai mahasiswa terbaik ada beban tersendiri, ada kebanggaan tersendiri,” ucap Diva saat ditemui usai konferensi pers di kampus Unikama, Jumat (16/5/2025).
“Karena kebanyakan kita di Fakultas Peternakan memang dari desa, di sini kami diwadahi dan berusaha berproses semaksimal mungkin. Kebanggaan bisa terpilih menjadi mahasiswa terbaik,” lanjutnya.

Aktivitas Diva Cahyo Pradana saat melakukan riset reproduksi domba sebagai tugas akhirnya (Foto: Dok.)
Pilihan Diva untuk masuk jurusan peternakan bukanlah pilihan utama. Ia sempat bercita-cita masuk kedokteran hewan, namun karena biaya kuliah yang tinggi, akhirnya ia memilih peternakan. Tak disangka, pilihan tersebut justru membawanya pada prestasi gemilang.
“Orang tua saya hanya petani, Mas. Awalnya saya pingin kedokteran hewan namun karena biayanya mahal, jadi ini pilihan kedua dan ternyata jadi lulusan terbaik,” ujar Diva.
Di rumahnya, orang tua Diva memiliki usaha ternak kambing dengan sekitar 15 ekor kambing Jawa. Dari sanalah ia mulai ikut mengelola ternak, sekaligus menjadi pijakan awal perjalanannya di dunia peternakan.
Dalam menyusun skripsinya, Diva melakukan penelitian tentang reproduksi domba, fokus pada permasalahan inbreeding atau kawin sedarah yang masih banyak terjadi di kalangan peternak kecil.
“Saat ini masih banyak yang inbreeding atau kawin sedarah. Peternak kurang aware karena skalanya kecil, mungkin cuma pejantan satu, betina lima, dan seterusnya,” katanya.
Ia menggunakan domba ekor tipis sebagai objek penelitian karena dinilai memiliki daya tahan tubuh lebih baik dibanding jenis domba lain.
Pengalamannya di bangku kuliah tidak hanya terbatas di kelas. Diva sempat menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Agroteknologi UGM selama 1,5 bulan, sebagai bagian dari program magang luar provinsi. Ia juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Wagir bersama mahasiswa dari berbagai jurusan lain.

Diva Cahyo Pradana bersama mahasiswa lainnya saat mengikuti PKL di Pusat Agroteknologi UGM (Foto: Dok.)
Tak hanya teori, Diva juga memahami pentingnya keterlibatan langsung di lapangan. Ia menyadari bahwa dunia kerja di sektor peternakan bukan sekadar duduk di balik meja, melainkan menuntut keterampilan dari hulu ke hilir.
“Kalau sekarang mungkin mindset setelah lulus bekerja itu duduk-duduk. Padahal menurut saya kerja enak itu juga ada di lapangan,” ungkapnya.
Diva pun melihat peluang besar dalam dunia peternakan, terutama untuk komoditas ruminansia seperti kambing dan domba yang kini permintaannya terus meningkat.
“Peluang dunia peternakan sangat banyak, khususnya ruminansia karena saat ini kebutuhannya mengenai daging domba dan kambing sangat tinggi sehingga banyak yang impor,” katanya.
Ia bahkan menyebut bahwa di Blitar, saat ini mulai berkembang industri pengolahan susu dan daging, seperti kehadiran pabrik peternakan besar, yang menurutnya bisa dimanfaatkan oleh para lulusan peternakan.
“Kami di peternakan dituntut untuk bisa dari hulu sampai hilir,” tegas Diva.
Rektor Unikama, Dr. Sudi Dul Aji, M.Si, menyampaikan apresiasinya terhadap capaian para wisudawan, termasuk Diva. Menurutnya, capaian ini adalah bukti bahwa semangat belajar dan kerja keras mampu mengantarkan mahasiswa dari latar belakang apa pun meraih kesuksesan akademik.
Kisah Diva Cahyo Pradana bukan hanya tentang angka IPK tinggi, tetapi juga tentang ketekunan, keterlibatan nyata di masyarakat, serta tekad kuat membuktikan bahwa anak petani pun bisa berdiri di podium sebagai lulusan terbaik.