HaiMalang.com – Di tengah hiruk-pikuk kota Malang yang terkenal dengan apel dan pendidikannya, muncul seorang talenta komedi yang membawa warna baru dalam dunia stand-up comedy Indonesia.
Dewangga Pribaditya Arif, pemuda kelahiran 1999 asal Gondanglegi, telah membuktikan bahwa mimpi untuk menghibur bisa tumbuh dari mana saja – bahkan dari sebuah penolakan.
“Saya pernah pulang open mic, baju saya sudah ditaruh teras,” kenang Dewangga, mengingat masa-masa awal kariernya yang penuh tantangan.
Kisah ini menjadi saksi bagaimana perjuangan seorang anak yang hidup bersama ayah seorang ojek online, sementara ibunya pernah berjuang sebagai TKW di Hongkong, untuk mengejar passionnya di dunia komedi.
Awal Mula Karier Dewangga Pribaditya Arif yang Tak Mulus
Tahun 2016 menjadi titik awal Dewangga mengenal dunia stand-up comedy. Masih duduk di bangku sekolah, dia memberanikan diri tampil di kompetisi stand-up comedy.
Namun bakat dan minatnya tampil di panggung sudah muncul sejak belia. Semasa SD, Dewangga tak pernah absen dalam lomba pidato.
“Pokoknya kalau ada lomba pidato mesti ikut,” tuturnya.
Meski sempat gagal jadi juara di beberapa lomba yang ia ikuti, semangat Dewangga tak pernah padam. Berbekal tontonan YouTube dari komika idolanya, Dzawin Nur dan Abdur Arsyad, ia terus mengasah kemampuannya.
“15 detik pertama harus bikin tawa, 1 menit pecah, sudah lega,” ungkap Dewangga, membagikan filosofi tampilnya di atas panggung. Prinsip ini yang terus dipegangnya hingga kini.
Memecah Keraguan dengan Prestasi
Titik balik karier Dewangga terjadi saat namanya masuk dalam line-up acara stand-up comedy Jawa Pos Radar Malang.
“Titik balik waktu menang Radar Malang, itu pulang langsung diakui sama keluarga,” ujarnya.
Prestasi ini tidak hanya mengubah pandangan keluarganya, tetapi juga membuka pintu kesempatan yang lebih luas.
Dari panggung ke panggung, Dewangga terus mengukir prestasi. Puncaknya, ia berhasil tampil di acara ‘Somasi’ Deddy Corbuzier, di mana materi lokalnya tentang Malang berhasil mengundang tawa dan mencuri perhatian.
Video penampilannya telah ditonton 2,3 juta kali, membuktikan bahwa humor lokal bisa diterima secara nasional.
Mimpi Besar Dewangga Hijrah ke Jakarta
Kini sebagai bagian dari Stand-Up Indo Malang, Dewangga memiliki mimpi yang lebih besar.
“Rencana hijrah ke Jakarta di 2025. Aku rencana ngumpulin materi sebanyak-banyaknya,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Meski berencana menaklukkan ibu kota, ia tetap berkomitmen membawa identitas khas Malang dalam setiap penampilannya.
“Membuat orang tertawa, itu juga tantangan. Melihat audiens, jadi tidak semua tempat orang bisa tertawa dengan jokes yang kita bawakan,” refleksinya tentang perjalanan kariernya.
Pengalaman tampil di berbagai tempat, dari pesantren hingga acara korporat, telah mengasah kemampuannya beradaptasi dengan berbagai audiens.
Di tengah maraknya persaingan di dunia hiburan dan media sosial, Dewangga tetap optimis.
“Semua orang punya rejeki masing-masing, rejeki tidak akan tertukar,” ujarnya.
Sikap ini mencerminkan kematangan seorang entertainer yang tidak hanya mengandalkan tawa, tetapi juga kebijaksanaan dalam menyikapi dinamika industri.
Dengan prestasi termahalnya mencapai 6,5 juta rupiah dari satu pertunjukan di Polresta, Dewangga membuktikan bahwa stand-up comedy bukan sekadar hobi, tetapi bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Namun baginya, kepuasan batin dalam menghibur orang lain tetap menjadi prioritas utama.
Kisah karir Dewangga Pribaditya Arif adalah potret bagaimana tekad dan konsistensi bisa mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Dari panggung kecil di Turen hingga bersiap menjelajah Jakarta, perjalanannya menjadi inspirasi bagi siapa pun yang berani bermimpi besar dari kota kecil.
