HaiMalang.com – Menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan seksual yang aman dan terpercaya, Unikama meluncurkan sebuah start up DOOPAMINE. Sebuah platform layanan kesehatan seksual berbasis AI atau Artificial Intelligence.
Adalah Jacob Win, dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) sekaligus Startup Coach bersertifikasi internasional, yang mengembangkannya bersama Melany Fang, mahasiswa dari program studi yang sama.
Platform ini menawarkan edukasi dan terapi seksologi secara privat, memberikan akses yang lebih mudah bagi individu yang membutuhkan bantuan.
DOOPAMINE merupakan hasil riset mandiri yang dilakukan oleh Jacob Win. Ia menemukan bahwa banyak orang enggan mencari bantuan profesional terkait masalah seksual akibat stigma sosial dan keterbatasan akses ke tenaga ahli.
Untuk mengatasi hal ini, startup tersebut mengombinasikan teknologi AI dengan layanan digital guna menyediakan konsultasi privat, edukasi interaktif, terapi seksologi, hingga marketplace untuk produk pendukung kesehatan seksual.
Saat ini, tim pengembang tengah bekerja untuk menghadirkan aplikasi mobile guna memperluas jangkauan layanan.
“Oktober 2024 lalu kami telah melakukan web trial. Di tahun ini kami menargetkan peluncuran versi Minimum Viable Product (MVP) DOOPAMINE pada Juni 2025 sebagai langkah untuk memvalidasi kebutuhan pasar sekaligus mengumpulkan umpan balik pengguna,” jelas Jacob Win.
Dalam perjalanannya, DOOPAMINE telah berkolaborasi dengan berbagai profesional di bidang kesehatan, termasuk psikolog dan pakar seksologi, untuk memastikan layanan yang diberikan berbasis keilmuan.
Keberadaan startup ini juga didukung oleh pendanaan dari Program P2MW Kemendikbudristek, yang bertujuan mendorong inovasi berbasis riset di kalangan akademisi.
“Kami ingin mengubah paradigma bahwa kesehatan seksual adalah aspek penting dalam kesejahteraan manusia. Dengan teknologi, kami bisa memberikan solusi yang lebih mudah diakses,” tegas Jacob Win.
Ke depannya, DOOPAMINE menargetkan ekspansi ke seluruh Indonesia dengan menghadirkan fitur AI yang lebih canggih, sekaligus menginspirasi akademisi lain untuk turut berkontribusi dalam menciptakan solusi sosial berbasis teknologi.
Editor: Imam Abu Hanifah