HaiMalang.com – Memasuki bulan Ramadan pada Februari 2025, Kota Malang tercatat tengah mengalami deflasi tahunan (year on year/yoy) sebesar 0,22 persen. Berdasarkan data yang dirilis BPS Kota Malang, secara bulanan (month to month/mtm), Kota Malang mencatat deflasi sebesar 0,69 persen pada Februari 2025.
Sementara tingkat deflasi sejak awal tahun (year to date/ytd) mencapai 1,28 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) kini pun tercatat sebesar 105,57. BPS menyebutkan bahwa penurunan harga yang signifikan dalam beberapa kelompok pengeluaran menjadi faktor utama terjadinya deflasi ini.
Dua kelompok pengeluaran yang paling berkontribusi terhadap deflasi tahunan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami penurunan indeks sebesar 15,45 persen, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,20 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga memberikan andil deflasi sebesar 1,80 persen.
Mengutip laporan dari Bisnis.com, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Febrina, menjelaskan bahwa Kota Malang mencatat deflasi tahunan sebesar 0,22 persen pada Februari 2025.
“Deflasi periode Februari 2025 terutama didorong oleh penurunan harga pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Lainnya dengan andil -0,70% (mtm),” ujarnya pada Rabu (5/3/2025).
Baca Juga: Baru 4 Hari Puasa, Harga Cabai di Malang Meroket Tembus 120 Ribu/Kg
Lebih lanjut, Febrina menambahkan bahwa deflasi terbesar di Kota Malang dipicu oleh penurunan tarif listrik serta penurunan harga komoditas lainnya.
Penurunan tarif listrik ini terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah yang masih memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi pelanggan rumah tangga PT PLN (Persero) dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA sejak Januari 2025.
Di sisi lain, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami inflasi tahunan. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,13 persen. Sementara pada kelompok pakaian dan alas kaki terjadi inflasi sebesar 2,81 persen.
Kelompok lainnya yang juga mengalami inflasi adalah perlengkapan rumah tangga (1,57 persen), kesehatan (2,52 persen), transportasi (1,02 persen), rekreasi, olahraga, dan budaya (1,32 persen), pendidikan (1,21 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,34 persen). Adapun kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yaitu sebesar 9,29 persen.
Writer: Imam Abu Hanifah