Home NewsLahan Sempit Tak Jadi Halangan, Beternak di Rumah Kini Jadi Tren

Lahan Sempit Tak Jadi Halangan, Beternak di Rumah Kini Jadi Tren

by Redaksi Hai Malang
0 comments

Haimalang – Di tengah kesibukan dan padatnya pemukiman perkotaan, kini mulai tumbuh minat baru di kalangan masyarakat, beternak di rumah. Aktivitas yang dulunya identik dengan pedesaan atau lahan luas, kini justru merambah ke sudut-sudut rumah warga di kompleks perumahan, gang sempit, hingga atap rumah. Berbekal kandang sederhana dan niat kuat, warga kota mulai menjajal budidaya ayam, burung puyuh, atau bebek dalam skala kecil.

Tren ini bukan sekadar gaya hidup atau hobi baru. Beternak di rumah menjadi salah satu bentuk urban farming konsep pertanian dan peternakan dalam ruang terbatas yang dinilai mampu menjawab kebutuhan protein keluarga secara mandiri. Bahkan dalam beberapa kasus, kelebihan hasil ternak bisa dijual ke tetangga atau pasar kecil di lingkungan sekitar.

Lebih dari sekadar memelihara hewan, tren ini juga mencerminkan perubahan cara pandang masyarakat urban terhadap pangan. Dalam situasi harga telur atau daging yang naik turun, memiliki sumber protein sendiri di rumah menjadi bentuk ketahanan pangan skala keluarga. Dan yang menarik, semua ini bisa dimulai hanya dengan beberapa ekor ayam dan kandang seadanya.

Menurut Dr. Dimas Pratidina Puriastuti Hadiani, MM., Kepala Program Studi Peternakan Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, memelihara hewan ternak di rumah merupakan langkah positif, terutama jika dilakukan dengan manajemen yang baik. Puri, sapaan akrabnya, menyebut beternak skala kecil bisa sangat bermanfaat jika diterapkan secara tepat.

“Bayangkan jika memelihara 10 ekor ayam petelur, setiap hari bisa mendapatkan 10 butir telur. Dalam 15 bulan, artinya keluarga itu bisa tidak perlu membeli telur dari pasar, bahkan berpeluang menjual ke tetangga,” ujar Puri.

Unggas, Pilihan Ideal untuk Beternak di Rumah

Dengan semakin minimnya pekarangan di permukiman padat, jenis hewan ternak yang paling memungkinkan untuk dipelihara adalah unggas. Ayam petelur, ayam pedaging, bebek, entok, hingga burung puyuh adalah beberapa jenis unggas yang direkomendasikan untuk dipelihara di lingkungan rumah.

“Unggas relatif lebih mudah dikelola dalam lahan terbatas. Selain itu, produktivitasnya bisa terlihat langsung,” tambahnya.

Beternak di rumah bukan berarti tanpa aturan. Kandang harus memenuhi syarat teknis, seperti tersedianya tempat makan, minum, dan bertelur. Saluran pembuangan pun wajib dirancang agar tidak mencemari lingkungan. Kandang sebaiknya memiliki penutup untuk melindungi ternak dari hujan, angin, dan sinar matahari langsung. Jika memungkinkan, buat sistem umbaran agar ternak bisa bebas beraktivitas di pagi hari dan masuk kandang di sore hari.

Kesehatan ternak juga tak kalah penting. Pakan bergizi dan kebersihan kandang menjadi kunci produktivitas. Puri menyebut, 60–70 persen biaya produksi berasal dari pakan, sehingga pemilihan jenis pakan harus efisien namun tetap bernutrisi tinggi. Ternak yang lesu atau menurun nafsu makannya harus segera dikarantina agar tidak menularkan penyakit.

Jika tidak dikelola dengan baik, ternak rumahan bisa menjadi sumber pencemaran udara, tanah, dan air. Kotoran ayam yang mengandung amonia bisa menimbulkan bau menyengat. Sisa pakan dan kotoran yang dibiarkan menumpuk berisiko mengundang lalat dan hama.

“Kalau limbah cucian kandang langsung dibuang ke tanah atau saluran air, bisa mencemari sumur atau sungai di sekitar rumah,” tegas Puri. Namun, jika dikelola dengan baik, kotoran ayam bahkan bisa diolah menjadi pupuk organik yang menyuburkan tanah.

Mulai dari Skala Kecil dan Banyak Belajar
Bagi yang baru ingin mencoba beternak di rumah, Puri menyarankan untuk memulai dari skala kecil dan memperhitungkan segalanya sejak awal, termasuk biaya air dan listrik yang sering tidak terpisah dari kebutuhan rumah tangga.

Ia juga mengingatkan agar calon peternak pemula tak takut gagal. “Kalau tidak dimulai, kita tidak akan tahu di mana letak kesalahannya. Nikmati saja prosesnya, karena sejatinya beternak itu melatih kesabaran dan memberi rasa gembira saat melihat ayam kita mulai bertelur,” pungkasnya.

 

You may also like